Mata Kuliah Softskill

Kamis, 29 September 2011

Kritisisasi Jiwa yang Lemah

Saat ini dominasi berada di tengah rezim 'keingkaran' yang menciptakan konfrontasi batin dengan kenyataan. Memaksa menerima di tengah kemelasan raga yang tentunya tidak nyaman untuk terpupukm namun harus tetap menjerit "IYA" untuk disinggahi,
latar belakang keterpurukan yang elegan! Disaat yang lain bergurau, lalu mengapa seseorang harus tetap menghakimi akredibilitas diri? sebegitu dangkalnya kah hidup ini sehingga kata " aku " yang bermakna negasi " angkuh " hanya ada satu? atau ada pergeseran makna dari kerelatifan?
Tentunya tidak. Karena Tuhan menciptakan segala kebaikan, namun ketidak beradaan Tuhan dalam hati perindividulah yang menciptakan kamus-kamus kejahatan. Meminta keadilan di tengah segala sentimental. Adakah kesadaran bahwa lelah bukanlah kamus yang terstabilo oleh satu alat bantu? Karena lelah merupakan esensi perjuangan dengan paduan keikhlasan yang seharusnya menjadi kohesi kehidupan. Perjuangan untuk bertahan, memberi, memaafkan, tanpa terlihat mengeliminasi kehidupan. Karena ikhlas, sabar dan komitmen, merupakan gamma yang relevan dalam pilihan tembusan kehidupan.